Inflasi Indonesia saat ini dikatakan masih terkendali. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per April 2023, inflasi mencapai 4,33% YoY. Angka ini turun dibandingkan inflasi pada Maret 2023 sebesar 4,97% YoY dan Februari 2023 di 5,47% YoY.
Menariknya, inflasi di April 2023 terlihat terkendali, meskipun ada momentum Lebaran yang biasanya membuat tingkat inflasi naik tinggi. Realisasi inflasi di April 2023 ini sekaligus menandakan inflasi terus melandai dan ini menjadi tingkat inflasi tahunan terendah di Indonesia dalam 11 bulan terakhir.
Melandainya Inflasi dan Suku Bunga Acuan
Inflasi yang terus melandai ini juga sejalan dengan kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) untuk menahan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR). Per April 2023, BI menetapkan suku bunga acuan di level 5,75%. Ini artinya BI sudah menahan suku bunga acuan sejak Januari 2023.
Saat ini, suku bunga acuan BI sudah hampir mendekati level yang sama saat Juni 2019 yang sempat berada di level 6% (suku bunga di puncak/peak). Kemudian berdasarkan konsensus Bloomberg di April 2023, suku bunga acuan BI diproyeksi akan tetap ditahan di level 5,75% hingga akhir tahun 2023 ini.
Inflasi, Suku Bunga, dan Pengaruhnya pada Aset Obligasi
Dengan inflasi yang terkendali dan juga ekspektasi pasar terhadap BI yang akan menahan suku bunga acuan, ini membuat kinerja dan imbal hasil aset obligasi menarik. Kenapa?
Ini karena pergerakan obligasi dipengaruhi salah satunya dengan ekspektasi investor terhadap suku bunga acuan. Harga obligasi memiliki hubungan berlawanan terhadap ekspektasi suku bunga acuan dan yield obligasi.
Gambarannya terlihat pada ilustrasi di bawah ini.
Jika ekspektasi suku bunga naik, maka yield juga akan naik yang berarti harga obligasi berpotensi turun. Sebaliknya, jika ekspektasi suku bunga turun, maka yield juga akan berpotensi turun dan harga obligasi justru akan naik.
Jadi ketika suku bunga terus ditahan, yang mengindikasikan suku bunga sudah di puncak (peak), dan pasar melihat adanya kemungkinan suku bunga turun di kemudian hari, obligasi bisa terlihat menarik karena harganya berpotensi naik.
Investasi di Obligasi FR untuk Melawan Inflasi
Melihat situasi saat ini dan penjelasan sebelumnya, maka obligasi bisa menjadi instrumen investasi yang bisa dipertimbangkan. Indonesia Government Bond Yield 10Y (ID10Y) berada di 6,53% per April 2023. Angka yield ini lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat inflasi di April 2023 sebesar 4,33%! Jadi imbal hasil (yield) dari obligasi mengalahkan tingkat inflasi saat ini.
Baca Juga: Obligasi FR dan Deposito, Mana yang Jadi Pilihan?
Salah satu aset obligasi yang bisa dipertimbangkan adalah Obligasi FR (Fixed Rate). Obligasi FR diterbitkan oleh pemerintah Indonesia dengan kupon yang dibagikan berkala setiap 6 bulan sekali. Karena diterbitkan oleh pemerintah, Obligasi FR dijamin oleh negara melalui Undang-Undang, sehingga dijamin aman.
Dengan investasi di obligasi FR, kamu bisa mengunci return yang diterima. Ini karena imbal hasil di Obligasi FR disebut dengan yield, yaitu keuntungan yang sebenarnya jika investor memegang obligasi FR tersebut sampai jatuh tempo (hold to maturity).
Yield ini memperhitungkan kupon serta harga beli FR di pasar sekunder. Inilah sebabnya, yield dianggap juga sebagai imbal hasil yang terkunci jika dipegang hingga jatuh tempo.
Tertarik untuk investasi Obligasi FR? Kamu bisa berinvestasi Obligasi FR sekarang lewat aplikasi Bibit! Upgrade aplikasimu menjadi Bibit Plus dan nikmati pengalaman baru investasi dengan lebih banyak aset investasi yang bisa dipilih, mulai dari Reksa Dana, Obligasi SBN Ritel dan Obligasi FR, hingga saham!
Di Bibit Plus, ada berbagai macam seri obligasi FR yang bisa dipilih sesuai dengan kebutuhan ataupun jangka waktu investasimu! Yuk, investasi Obligasi FR sekarang!
Writer: Tim Edukasi
Disclaimer: Data berdasarkan performa masa lalu, tidak mencerminkan kinerja di masa depan. Bukan rekomendasi jual/beli aset investasi tertentu. Hanya untuk tujuan edukasi.