Setiap jenis reksadana baik itu saham, obligasi, dan pasar uang memiliki karakteristik yang berbeda dalam pengelolaannya. Karena itu, pergerakan harganya pun juga dipengaruhi oleh faktor yang berbeda. Supaya lebih jelas, yuk kita bahas satu per satu.
Reksa Dana Saham
Sudah jelas bahwa reksadana jenis ini berisi saham – saham pilihan manajer investasi, jadi pergerakan harga reksadana saham ini dipengaruhi oleh harga seluruh saham yang ada di reksadana itu.
Bagaimana harga reksa dana saham bergerak?
Bayangkan seperti ini, misalkan salah satu saham dalam reksadana merupakan saham sebuah perusahaan makanan. Kemudian pada tahun ini, karena ekonomi sedang bagus, maka semakin banyak orang yang membeli makanan dari perusahaan itu.
Akibatnya keuntungan perusahaan itu bertambah. Para Investor bereaksi positif melihat ini sehingga meningkatkan harga saham perusahaan itu. Nah, kalau saham itu ada dalam reksadana, maka reksadana itu juga meningkat harganya. Hal sebaliknya bisa terjadi ketika perekonomian sedang turun.
Tapi kamu gak perlu khawatir terhadap penurunan satu saham, karena manajer investasi sudah menyebar dana ke beberapa saham pilihan sehingga risiko keseluruhan bisa diminimalisir. Tetapi, perlu diingat bahwa reksa dana saham memiliki risiko gejolak harga yang paling tidak stabil dibandingkan reksa dana lainnya.
Reksa Dana Obligasi
Pada reksadana ini, seluruh dana investasi akan dibelikan obligasi (baik obligasi pemerintah maupun korporasi) oleh manajer investasi.
Bagaimana harga reksa dana obligasi bergerak?
Ada 2 hal yang mempengaruhi harganya yaitu:
Bunga yang dibayarkan oleh obligasi: setiap ada pembagian bunga (disebut juga kupon) dari obligasi, biasanya manajer investasi akan menggunakan kupon itu untuk diinvestasikan kembali pada obligasi. Akibat investasi kembali ini, harga NAB reksa dana obligasi akan meningkat.
Kenaikan harga obligasi: selain ada pembagian kupon, obligasi juga memiliki harga yang bisa naik/turun.
Biasanya ketika ekonomi sedang turun, obligasi dianggap tempat yang lebih aman oleh investor, sehingga lebih diminati. Akibat lebih diminati, harganya mengalami kenaikan. Ketika harganya naik, maka NAB reksa dana obligasi juga akan meningkat.
Apakah berarti obligasi buruk saat ekonomi sedang meningkat? Memang, harga nya cenderung turun disaat seperti itu sehingga menekan NAB reksa dana. Tapi, jangan lupa kalau obligasi tetap membayarkan bunga (kupon) secara rutin, sehingga kestabilan harganya bisa terjaga. Inilah mengapa Reksa dana Obligasi sifatnya lebih stabil daripada reksadana saham.
Reksa Dana Pasar Uang
Reksadana jenis ini adalah yang paling stabil pergerakannya dibanding jenis lain. Kenapa bisa begitu?
Alasannya adalah isi dari reksadana ini mayoritas adalah instrumen surat utang jangka pendek yaitu obligasi yang jatuh tempo kurang dari 1 tahun dan deposito. Memang masih ada obligasi, tetapi pergerakan harganya tidak signifikan dipengaruhi oleh gejolak ekonomi, karena obligasinya hanya berjangka pendek. Dan dibantu dengan deposito yang juga membayarkan bunga tetap sesuai perjanjian dengan penerbitnya.
Pembayaran bunga dari obligasi jangka pendek dan deposito inilah yang akan meningkatkan harga NAB/unit reksa dana pasar uang. Karena adanya kestabilan pembayaran bunga/kupon, maka peningkatan harga reksa dana ini menjadi stabil juga.
Sekarang, kamu sudah tahu bahwa harga setiap jenis reksa dana bereaksi berbeda terhadap kondisi ekonomi. Ada yang stabil, ada yang tidak stabil. Dengan kata lain pergerakan harganya memang fluktuatif. Jadi, kita tidak dapat memprediksi dengan pasti keuntungan yang diperoleh di masa depan.
Karena sulit diprediksi, yang perlu kita lakukan adalah berinvestasi sesuai profil risiko kita dan terus rutin melakukannya. Pastikan juga kamu menyebar dana investasi ke 3 jenis reksa dana ya, supaya hasilnya lebih stabil. Kalau bingung gimana caranya, langsung aja pakai Bibit.