Kelas Bibit bareng Trimegah membahas pelajaran investasi dari krisis yang pernah terjadi. Bersama Bernard Setyadi, Head of Research Trimegah Asset Management.
Beberapa bulan terakhir, krisis ekonomi yang bersumber dari krisis kesehatan, COVID-19 membuat banyak negara harus lockdown sehingga mengganggu aktivitas perekonomian. Banyak negara, termasuk Indonesia, menghadapi ancaman krisis ekonomi.
Krisis yang mirip terjadi pada 1998. Krisis dipicu Thailand yang melepaskan currency peg mata uangnya dengan dolar Amerika.
Currency peg artinya membuat nilai tukar mata uang antara dua negara selalu stabil.
Kemudian, Thailand sudah tidak mampu menjaga nilai tukar mata uang terhadap dollar sehingga terjadi pelemahan mata uang negara besar-besaran.
Hal serupa terjadi pada Indonesia, nilai tukar Rupiah melemah sangat banyak. Pelemahan Rupiah menciptakan krisis moneter berujung krisis politik dan sosial. Tentu ini merupakan guncangan bagi pasar modal Indonesia yang akhirnya tetap dalam tren kenaikan setelah krisis berakhir.
Pengurangan Angka Kasus COVID-19 = Pemulihan Ekonomi
Pemulihan krisis bisa lebih lambat dibanding krisis sebelumnya karena tergantung dari vaksin virus. Namun, beberapa negara yang berhasil menekan angka infeksi COVID-19 dan membuka ekonomi, sudah menunjukkan perbaikan. Contohnya Cina yang pemulihannya sudah terlihat berdasarkan data makroekonomi. Salah satu alasannya adalah keberhasilan pemerintah dalam menerapkan kebijakan memulihkan ekonomi.
Indonesia belum mengalami pemulihan secara signifikan. Namun, kita harap kedepannya pemerintah bisa melakukan penyerapan anggaran belanja lebih besar dan menerapkan kebijakan untuk pemulihan dengan lebih baik. Hal ini mampu mendorong keberlanjutan pemulihan ekonomi.
Pasar Lebih Cepat Bereaksi
Pasar memang belum pulih ke kondisi sebelum pandemi meski mulai menunjukkan perbaikan. Perlu diingat, reaksi pasar selalu lebih cepat dibanding kondisi ekonomi nyata. Bila pelaku pasar berekspektasi ada perbaikan ekonomi, maka pasar bergerak naik lebih dahulu.
Hal ini menjelaskan kenapa pasar mulai naik meski ekonomi belum pulih. Ditambah kabar baik perkembangan uji coba vaksin yang berhasil. Pasar tidak perlu menunggu vaksin digunakan secara luas untuk memperbaiki kondisi. Sebelum itu, investor sudah bereaksi positif karena mereka tahu cepat atau lambat vaksin akan ditemukan.
Kalau kamu mau mulai investasi, ini waktu yang tepat untuk mengambil kesempatan. Apalagi pasar masih menawarkan peluang membeli di harga relatif lebih murah. Jatuhnya pasar hanya kondisi sementara dan akan pulih di masa depan dan pasar bergerak naik kembali.
Ada beberapa pertanyaan juga selama sesi berlangsung;
1. Apa strategi investasi terbaik untuk pemula saat kondisi krisis?
Pemula disarankan menerapkan Dollar Cost Averaging (DCA). Metode ini membuat kamu bisa mendapatkan harga rata-rata. Kenaikan atau penurunan harga tidak menjadi masalah, selama konsisten mencapai tujuan investasi jangka panjang. Kamu bisa menghindari membeli harga tinggi, namun tidak kehilangan kesempatan membeli di harga murah saat pasar sedang turun.
2. Investasikan apa yang menarik dengan risiko medium?
Kamu bisa invest di reksa dana obligasi. Pasar obligasi Indonesia menarik di mata investor asing karena Indonesia menawarkan bunga lebih tinggi dibanding negara lain dan ada tren penurunan suku bunga yang dilakukan bank sentral sehingga mendorong harga obligasi naik. Kamu bisa mendapatkan performa pasar obligasi yang punya prospek baik.