Akhir-akhir ini, pasar saham sangat fluktuatif semenjak wabah virus Corona menyerang.
Hal terburuk yang mungkin kamu rasakan selama pasar saham turun adalah panik, membuat keputusan emosional, dan merealisasikan kerugian. Namun apakah ini keputusan tepat?
Bayangkan kita kembali ke Januari 2020. Kamu beli reksa dana saham di harga sebelum pandemi, kemudian pasar anjlok di Maret. Akibat panik, kamu menjual semua reksadana saham kamu.
Ternyata, setelah Maret, pasar mulai perlahan naik kembali. Kamu jadi semangat lagi untuk investasi dan memutuskan untuk invest lagi. Tapi sayangnya, saat kamu membeli lagi, pasar sudah terlanjur naik, sehingga harga rata-rata pembelian kamu jadi mahal.
Lihat apa yang terjadi? Kamu jual di harga rendah saat Maret lalu dan beli lagi di harga lebih tinggi. Jelas ini akan mengurangi total keuntungan kamu dan bukan ide yang bagus.
Sedangkan, kalau saat pasar jatuh pada Maret, kamu tetap rutin investasi, itu bisa menambah total keuntungan kamu saat ini.
Lebih Baik Fokus Pada Tujuan Investasi
Kalau kamu punya portofolio yang sudah dirancang untuk dana pensiun ataupun DP rumah yang goalnya adalah beberapa tahun atau dekade kemudian, haruskah kamu mengkhawatirkan pergerakan harian pasar?
Bukankah ada banyak waktu untuk menunggu hingga pulih lagi, selama tujuan investasi kamu masih panjang? Bersabar bisa jadi opsi lebih basic daripada harus menjual rugi di harga rendah.
Cara terbaik untuk tetap tenang selama penurunan pasar saham adalah dengan memahami pergerakan historis pasar saham. Sejarah pasar mencatat penurunan memang bisa terjadi di beberapa waktu. Namun akhirnya, pasar selalu berhasil bangkit lagi.
Memahami ini membuat kamu lebih bijak untuk mengambil keputusan investasi, tetap fokus jangka panjang, dan konsisten nabung rutin.