Kemenangan Donald Trump dan Pemangkasan Suku Bunga AS
Donald Trump pada Rabu (6/11) waktu setempat mengalahkan Kamala Harris dalam pemilihan umum Presiden AS dengan meraih lebih dari 270 electoral votes.
Merespons hal ini, indeks S&P 500, Nasdaq, dan DJIA pada Rabu (6/11) memecahkan rekor all–time high. Sementara itu, IHSG mengalami foreign outflow sebesar Rp1,1 triliun dan terkoreksi -1,4% secara harian pada 6/11.
Trump sebelumnya telah mewacanakan sejumlah kebijakan proteksionis yang lebih berfokus pada perkembangan ekonomi domestik, seperti:
Menurunkan pajak korporasi menjadi 15% (vs. sebelumnya: 21%).
Menetapkan bea impor sebesar 10–20% atas seluruh barang impor atau 60% khusus untuk China.
Keesokan harinya (7/11), The Fed memangkas suku bunga sebesar -25 bps menjadi 4,5–4,75%, sesuai dengan ekspektasi konsensus.
Market masih berekspektasi bahwa The Fed akan kembali menurunkan suku bunga acuan sebesar -25 bps pada pertemuan Desember 2024. Namun, probabilitasnya sedikit menurun dari 79,7% pada pekan lalu (4/11) menjadi 64,9% per Senin (11/11).
Ekonomi Indonesia Melandai, di Bawah Ekspektasi
Produk domestik bruto (PDB) Indonesia tumbuh +1,5% QoQ dan +4,95% YoY pada 3Q24 (vs. 2Q24: +5,05% YoY), lebih rendah dibandingkan ekspektasi konsensus di level +1,6% QoQ dan +5% YoY.
Hasil ini menandai pertumbuhan ekonomi secara tahunan yang paling lambat sejak 3Q23 dan membuat pertumbuhan ekonomi selama 9M24 hanya mencapai +5,03% YoY, lebih rendah dibandingkan target pemerintah di level +5,2% YoY.
Sebagai catatan lain, BPS melaporkan bahwa tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada Agustus 2024 mencapai 4,91% (-0,41 pp YoY).
Key Takeaways
Kebijakan proteksionis yang diwacanakan Trump berpotensi memberikan sentimen negatif jangka pendek terhadap Indonesia melalui penguatan dolar AS. Penguatan ini dapat:
Memicu outflow dari investor asing, khususnya terhadap saham dari perusahaan yang memiliki eksposur (utang/impor) besar dalam dolar AS. Hal ini dapat menjadi kesempatan bagi investor untuk membeli saham berkualitas yang sedang terkoreksi.
Mempersempit ruang bagi Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga. Adapun per Senin (11/11), konsensus Bloomberg masih memperkirakan adanya pemangkasan suku bunga BI Rate sebesar -25 bps di sisa waktu 2024.
Di tengah volatilitas pasar, investor dapat mempertimbangkan obligasi jangka pendek karena karakteristiknya yang relatif stabil. Kami menilai bahwa ST013-T2 dengan tenor 2 tahun menawarkan risiko rendah dengan potensi imbal hasil yang menarik. ST013-T2 dapat dibeli hingga 4 Desember 2024 pukul 10.00 WIB.
Market Update
Writer: Bibit Investment Research Team
Disclaimer: Konten ini hanya dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan rekomendasi untuk beli/jual produk investasi tertentu.