Bibit Weekly - IHSG Resilient hingga Prospek Pemangkasan BI Rate

Bibit Weekly: IHSG Volatil Pasca-demo & Prospek Pemangkasan BI Rate

Market Summary

  • IHSG Cukup Resilient – IHSG ditutup -1,21% setelah aksi demonstrasi pekan lalu. Koreksi ini terjadi setelah IHSG cetak all–time high pada Kamis (28/8).

  • Rekor S&P 500 hingga Ekspektasi Rate Cut AS – S&P 500 cetak all–time high setelah revisi naik pertumbuhan ekonomi AS 2Q25 dan sinyal The Fed pangkas suku bunga dari pekan sebelumnya.

  • Potensi Pemangkasan BI Rate hingga Ekspektasi Pertumbuhan – Konsensus Bloomberg memperkirakan pemangkasan -25 bps lagi hingga akhir 2025 dengan proyeksi pertumbuhan +4,85% pada 2025, sejalan outlook APBN 2025. 

IHSG Resilient di Tengah Aksi Demonstrasi

  • IHSG sempat bergerak volatil pada pembukaan perdagangan Senin (1/9) setelah aksi demonstrasi pekan lalu, turun hingga ke level 7.556 (-3,5%) sebelum akhirnya ditutup membaik di level 7.736 (-1,21%). Koreksi ini terjadi setelah IHSG cetak all–time high pada Kamis (28/8).

  • Meskipun melanjutkan tren penurunan IHSG sejak Jumat (29/8), pergerakan IHSG relatif resilient dengan penurunan indeks yang melambat.

  • Pada hari Minggu (31/8), Presiden Prabowo Subianto bersama ketua umum partai politik mengatakan akan menghapus besaran tunjangan anggota DPR RI dan menerapkan moratorium kunjungan kerja ke luar negeri. Presiden Prabowo juga menegaskan bahwa DPR RI akan segera membuka ruang dialog langsung dengan masyarakat.

Rekor S&P 500 hingga Ekspektasi Rate Cut AS

  • S&P 500 mencetak rekor all–time high pada penutupan perdagangan hari Kamis (28/8) waktu setempat di level 6.502 (+0,32%) sehingga mengalami kenaikan +2,07% WoW.

  • Pergerakan ini terjadi setelah:

    • Data pertumbuhan ekonomi AS 2Q25 direvisi naik pada hari yang sama ke level +3,3% secara annualized (vs. 1Q25: -0,5% annualized), lebih tinggi dibanding ekspektasi konsensus (+3,1%) dan estimasi awal (+3%).

    • Pernyataan Kepala The Fed, Jerome Powell (22/8), yang mensinyalkan peluang pemangkasan suku bunga AS pada pertemuan September 2025 seiring peningkatan risiko pasar tenaga kerja.

  • Biro analisis ekonomi AS mencatat bahwa indeks pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) inti di AS naik +0,3% MoM pada Juli 2025 (vs. Juni 2025: 0,3% MoM). Secara tahunan, indeks PCE inti naik +2,9% YoY. Kedua data sejalan dengan ekspektasi konsensus.

  • Menyusul update data–data tersebut, probabilitas pemangkasan suku bunga AS pada pertemuan September 2025 sedikit meningkat dari 84,7% ke 87,6% per Senin (1/9), berdasarkan analisis dari CME FedWatch Tool.

Potensi Pemangkasan BI Rate hingga Ekspektasi Pertumbuhan

  • Konsensus terbaru yang dihimpun Bloomberg mengekspektasikan Bank Indonesia akan memangkas BI Rate sebanyak 25 bps lagi hingga akhir 2025 ke level 4,75%, menyusul pemangkasan BI Rate yang di luar ekspektasi sebesar 25 bps ke level 5% pada Agustus 2025

  • Konsensus juga mengekspektasikan ekonomi Indonesia akan tumbuh +4,85% YoY pada 2025 (vs. ekspektasi sebelumnya: +4,8% YoY), sejalan dengan outlook APBN 2025 mengekspektasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar +4,7–5% YoY. 

  • Untuk 2026, konsensus mengekspektasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya tumbuh +4,9% YoY (vs. ekspektasi sebelumnya: +5% YoY), lebih rendah dibandingkan target APBN 2026 di level +5,4% YoY.

Key Takeaways

Secara macro global, investor tengah menanti keputusan The Fed pada 16–17 September, di mana pemangkasan bunga AS lebih lanjut dapat membuka ruang untuk pemangkasan BI Rate. Dari sisi dalam negeri, investor juga tengah mengobservasi langkah pemerintah selanjutnya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan investor confidence.

IHSG terlihat cukup resilient dengan hanya terkoreksi -2,72% pada 2 hari terakhir, terutama jika memperhitungkan bahwa IHSG juga baru mencapai penutupan all–time high pada 28 Agustus 2025.  

Kembali lagi, sentimen dan narasi pasar dapat berubah secara dinamis dan volatil, sehingga penting untuk investor mempunyai alokasi portofolio yang sesuai dengan profil risiko agar terhindar dari pengambilan keputusan secara emosional seperti panic selling maupun panic buying.

Di tengah volatilitas, investor dapat mempertimbangkan produk seperti Reksa Dana Pasar Uang yang naik secara stabil meningkat di tengah kondisi makroekonomi apapun maupun Sukuk Retail SR023 yang memiliki kupon bersifat fixed rate (tetap stabil)

Sementara itu, tren penurunan suku bunga cenderung menguntungkan aset seperti Reksa Dana Obligasi yang masih cocok bagi investor dengan profil risiko ‘low–moderate risk’ dengan jangka waktu investasi long-term. 

Top Reksa Dana Pasar Uang

Bibit Weekly: Return Top Reksa Dana Pasar Uang di Bibit per 29 Agustus 2025

*Return reksa dana per 29 Agustus 2025. Berdasarkan data historis, tidak menjamin kinerja di masa depan.

Top Reksa Dana Obligasi

Bibit Weekly: Return Top Reksa Dana Obligasi di Bibit per 29 Agustus 2025

Simulasi Passive Income dari Sukuk Ritel SR023 

SR023 bisa dibeli di Bibit hingga 15 September 2025. SBN Retail SR023 memberikan imbal hasil Fixed Rate pasti stabil hingga jatuh tempo.

Market Update: IHSG All–Time High Pada 28 Agustus, Namun Melemah Secara Mingguan

Bibit Market Update 28-29 Agustus 2025: IHSG, IDR 10Y Bond Yield, Deposito 12 Bulan, & Foreign Flow (Sumber: Bloomberg)

Sumber: Bloomberg per 29 Agustus  2025, kecuali Foreign Flow Obligasi per 28 Agustus 2025


Writer: Bibit Investment Research Team

Disclaimer: Konten ini hanya dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan rekomendasi untuk beli/jual produk investasi tertentu. Always do your own research.


In Case You Missed It

Bibit Insights | Keberhasilan Masa Lalu ≠ Potensi Return Masa Depan Availability bias terjadi ketika mengandalkan informasi yang sedang ramai dibicarakan dan mudah diingat, lalu langsung menjadikannya dasar keputusan investasi. Padahal, informasi tersebut belum tentu mencerminkan pasar sebenarnya.

Bunga Jaminan LPS Turun, Return SR023 Jadi Lebih Tinggi 74% dari Deposito – Per Agustus 2025, LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) menurunkan tingkat bunga penjaminan sebesar -25 bps. Dengan tingkat bunga penjaminan LPS yang turun saat ini, maka SR023 menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi dengan pajak lebih rendah.

Other Articles

📶 EXCL 2Q25: Rugi Bersih Rp1,6 T, di Bawah Ekspektasi –  EXCL mencatatkan rugi bersih sebesar 1,6 triliun rupiah pada 2Q25 (vs. 1Q25: laba 385 miliar rupiah, 2Q24: laba 484 miliar rupiah). Hasil ini membuat rugi bersih EXCL selama 1H25 menjadi 1,2 triliun rupiah (vs. 1H24: laba 1 triliun rupiah), di bawah ekspektasi 2025F konsensus yang memperkirakan laba bersih 1,5 triliun rupiah.

⛏️ UNTR 1H25 Earnings Call: Revisi Turun Guidance Volume Overburden  –  Manajemen UNTR merevisi turun guidance volume overburden tahun 2025 menjadi 1,18 miliar bcm. Sementara itu, guidance penjualan alat berat, batu bara, serta segmen mineral dan emas dipertahankan. Untuk sektor non–batu bara, UNTR akan berfokus ekspansi ke sektor mineral.