Kepala The Fed, Jerome Powell memberikan sinyal bahwa The Fed kemungkinan akan memperlambat pemangkasan suku bunga ke depannya seiring menguatnya ekonomi AS dibandingkan awal siklus pemangkasan suku bunga. Meskipun demikian, berdasarkan CME Fedwatch Tool, masih terdapat probabilitas pemangkasan suku bunga -100 bps mencapai 77,4% hingga akhir 2025.
OPEC+ menunda pemulihan produksi minyak selama tiga bulan hingga April 2025 seiring masih lemahnya harga minyak (Brent) di kisaran 70 dolar AS per barel (-5,3% YtD per 6/12). Ini menandai ketiga kalinya OPEC+ menunda pemulihan produksi minyak.
IHSG menguat +3,77% WoW ke level 7.382,8 (6/12) seiring dengan foreign inflow saham mingguan pertama sejak Oktober minggu ketiga. Sementara itu, obligasi juga mengalami foreign inflow mingguan pertama sejak Oktober minggu keempat.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia, Edi Susianto, mengatakan bahwa pihaknya siap melakukan intervensi untuk menyikapi pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS yang menyentuh level 15.968 pada awal perdagangan hari Rabu (4/12), menandai pelemahan -1,43% MoM.
Ketua Komisi XI DPR, Mukhamad Misbakhun, mengatakan bahwa pemerintah akan tetap meningkatkan pajak pertambahan nilai (PPN) dari 11% menjadi 12% per Januari 2025, meski Misbakhun mengeklaim bahwa kenaikan tersebut hanya berlaku untuk barang mewah.
Key Takeaways
Volatilitas pasar kembali mencuat, dipengaruhi oleh berbagai faktor domestik – fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, peningkatan PPN – serta kebijakan eksternal, seperti prospek kebijakan moneter AS dan keputusan dari OPEC+.
Volatilitas ini kembali menekankan pentingnya investor untuk berinvestasi pada produk dengan risk-reward yang menarik, seperti obligasi jangka pendek. Beberapa produk yang dapat dipertimbangkan antara lain Obligasi FR0081, FR0086, dan PBS032 dengan memiliki yield yang dapat dikunci hingga jatuh tempo.