Selama mewabahnya virus COVID-19, sebagian pekerja di Indonesia melakukan kegiatannya di rumah. Nggak cuma bekerja dari rumah saja, sekolah, kuliah pun harus dilakukan di rumah masing-masing. Alasan ini lah yang membuat para milenial terdorong untuk memiliki rumah sendiri.
"Iya semenjak WFH ini jadi ngerasa enakan punya rumah sendiri ya daripada cuma kontrak rumah. Kerja pasti lebih nyaman” kata Fanny berumur 25 tahun, seorang pegawai di perusahaan e-commerce di Jakarta.
Hal ini juga terbukti dari hasil survei Rumah.com yang menunjukkan keinginan para milenial mempunyai rumah sendiri itu sebesar 44%. Survei ini dilakukan ke 1.007 responden selama bulan Januari-Juni 2020.
Generasi milenial sebenarnya memiliki niatan untuk membeli rumah sendiri. Lalu apa masalahnya? Fanny menambahkan “Gaji bulanan aku saja di tabung untuk bayar sewa rumah selama satu tahun, ini yang membuat aku susah untuk menyisihkan uang buat nabung beli rumah”.
Dengan pengeluaran Rp 3 juta untuk sewa rumah per bulannya, lalu membiayai kebutuhan orang tuanya, ia bisa memberikan sekitar Rp 2 juta untuk biaya hidup sehari-hari. Sementara gajinya hanya Rp 7 juta.
“Aku cuma bisa nabung paling banyak Rp 1 juta, sampai aku pernah coba ikut trading saham karena kata temanku kalau investasi ini cepat dapat untung”. Namun, sayangnya Fanny belum paham investasi saham. “Bukannya untung, eh malah rugi karena aku belum paham”, tambah Fanny.
Kalau sebagian dari kalian masih belum mengerti cara bermain saham, kamu bisa pilih investasi yang mudah untuk dimengerti dulu, contohnya seperti reksadana . Karena investasi di reksadana akan ada Manajer Investasi yang akan membantu kamu untuk mengelola uang yang kamu investasikan.
Lalu Investasi Apa yang Tepat untuk Menabung Beli Rumah?
Menabung rumah termasuk investasi jangka panjang, jadi kamu bisa memilih investasi yang menawarkan return cukup baik dalam jangka panjang. Salah satu contohnya adalah Reksadana Saham. Dalam jangka panjang ( 5 - 10 tahun), reksadana saham bisa menghasilkan keuntungan yang cukup besar. Dalam 20 tahun terakhir saja, pasar saham Indonesia mencatatkan kenaikan rata - rata lebih dari 11% per tahunnya.
Apalagi dengan investasi reksadana, kamu bisa melakukan diversifikasi atau membagikan uang investasi kamu ke beberapa instrumen selain Reksadana Saham. Jadi, kamu juga bisa membeli Reksadana Obligasi dan Reksadana Pasar Uang, yang resikonya lebih rendah dari Reksadana Saham. Jadi keseluruhan uang kamu bisa lebih stabil.
Investasi bisa dilakukan dengan pelan-pelan tapi pasti, dan kita nggak perlu lagi takut investasi rugi. Goals membeli rumah pun bisa tercapai.