Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan tingkat suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI-7DRRR) sebesar 0,5% atau 50 basis poin menjadi 4,75% pada Oktober 2022 lalu. Kebijakan menaikkan suku bunga acuan ini terjadi tiga kali sepanjang 2022 sehingga totalnya adalah 125 basis poin. Nah, bagaimana dampaknya terhadap Reksa Dana Pasar Uang (RDPU) dan Reksa Dana Obligasi (RDO)?
Reksa Dana Pasar Uang (RDPU)
RDPU adalah salah satu jenis investasi reksa dana yang menempatkan asetnya di instrumen pasar uang seperti deposito dan surat berharga yang jatuh temponya kurang dari 1 tahun. Artinya, dengan adanya kenaikan suku bunga acuan yang dilakukan oleh BI, maka akan berdampak positif bagi kinerja RDPU yang alokasi investasinya berupa deposito dan surat berharga.
RDPU merupakan instrumen investasi untuk tujuan keuangan jangka pendek kurang dari setahun ataupun untuk investor dengan profil risiko konservatif. Buat kamu yang punya tujuan keuangan misalnya untuk beli laptop pertengahan tahun depan, RDPU bisa jadi pilihan karena ditempatkan pada aset yang likuid dengan risiko yang sangat minim. Biar semakin jelas, lihat grafik salah satu contoh produk RDPU, yaitu Danamas Rupiah Plus di bawah ini!
Adapun alokasi aset investasi RDPU Danamas Rupiah Plus adalah
Obligasi dan/atau Sukuk Pemerintah dan/atau Korporasi (74.34%)
Instrumen Pasar Uang (25.66%) dan Cash and Money Market (23.79 %).
Dalam grafik di atas terlihat pergerakan RDPU cenderung naik sepanjang waktu. Kenaikan akan lebih optimal saat suku bunga Bank Indonesia (BI) mengalami tren kenaikan seperti yang terjadi saat ini.
Dengan menggunakan fitur mesin waktu di aplikasi Bibit, jika tahun lalu kamu berinvestasi setiap bulan sebesar Rp1 juta, dengan asumsi return 3,71% setahun, maka saat ini nilai investasi kamu menjadi Rp12,2 juta. Return tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata bunga deposito 4 bank BUMN sebesar 2,65% per tahun. Cek simulasi hitungan dengan fitur mesin waktu di bawah ini!
Reksa Dana Obligasi (RDO)
RDO adalah reksa dana yang mengalokasikan asetnya minimal 80% di surat utang atau obligasi (minimal 80%) dan sisanya adalah produk pasar uang. Baik itu obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah maupun obligasi korporasi. Adapun secara teori, apabila tingkat suku bunga naik, maka harga obligasi akan turun. Sebaliknya, jika suku bunga turun, maka harga obligasi akan naik.
Bisa disimpulkan bahwa perjalanan investasi di RDO memang nggak selalu berjalan mulus, apalagi di tengah naiknya suku bunga seperti sekarang ini. Tapi tenang aja, secara historis penurunan harga obligasi biasanya bersifat sementara dan investor seperti kamu punya kesempatan untuk menambah investasi di RDO secara bertahap saat harga mengalami penurunan.
Namun, jika ditelusuri lebih jauh lagi, ada perbedaan antara RDO yang komposisi investasinya di obligasi pemerintah dan obligasi korporasi. Di bawah ini adalah grafik produk reksa dana ABF Indonesia Bond Index Fund dan Sucorinvest Stable Fund.
Data per 1/11/2022 - Disclaimer on: kinerja masa lalu dan tidak mencerminkan kinerja masa depan
Grafik kedua RDO di atas menunjukkan perbedaan di mana untuk ABF Indonesia Bond Index Fund nampak fluktuatif untuk investasi dalam kurun waktu 1 tahun. Hal ini karena ABF Indonesia Bond Index Fund menempatkan 100% investasinya di obligasi pemerintah seri FR, yang mana obligasi tersebut diperjualbelikan di pasar setiap harinya. Nggak heran kalau penurunan maksimum RDO dari titik puncak ke titik rendah (max drawdown) bisa mencapai 4,35% (ABF Indonesia Index Bond), sementara max drawdown Sucorinvest Stable Fund mencapai 0,04% dalam kurun waktu setahun terakhir.
Adapun untuk RDO Sucorinvest Stable Fund menempatkan instrumen investasinya pada:
Obligasi dan/atau Sukuk Korporasi (94.74 %)
Instrumen pasar uang dalam negeri dan/atau Deposito (5.26 %)
Sehingga, sebagaimana karakteristik pasar uang cenderung lebih stabil. Di bawah ini adalah gambaran jika kamu investasi di kedua RDO dalam kurun waktu satu tahun.
Data per 1/11/2022 - Disclaimer on: kinerja masa lalu dan tidak mencerminkan kinerja masa depan
Jika kamu berinvestasi di ABF Indonesia Bond Index Fund sebesar Rp1 juta selama setahun, maka hasil investasi kamu akan mengalami penurunan dan jumlahnya menjadi Rp11,8 juta. Namun, jika kamu berinvestasi di Sucorinvest Stable Fund maka hasil investasi kamu lebih besar karena cenderung lebih stabil, yaitu Rp12,3 juta.
Sebagai langkah meminimalisir risiko, yuk kita lihat bagaimana jika kamu berinvestasi di ABF Indonesia Bond Index Fund dalam jangka waktu menengah misalnya 3 tahun! Maka gambarannya akan terlihat seperti di bawah ini:
Data per 1/11/2022 - Disclaimer on: kinerja masa lalu dan tidak mencerminkan kinerja masa depan
Kesimpulannya adalah, RDPU cocok untuk tujuan kamu jangka pendek sampai dengan 1 tahun misalnya membeli gadget untuk menunjang kinerja, DP motor baru atau untuk liburan. Sementara itu, berinvestasi di RDO memang lebih baik untuk tujuan keuangan jangka menengah 1 sampai 3 tahun seperti DP rumah pertama, tujuan ibadah seperti umroh hingga dana pendidikan anak.
Jadi, apakah kamu sudah siap dengan tujuan keuangan jangka pendek atau jangka panjang. Semoga artikel ini bisa membantu kamu memberikan gambaran untuk memilih instrumen investasi apa yang cocok untuk tujuan keuanganmu.