Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve/Fed, melalui The Federal Open Market Committee (FOMC) menyetujui kenaikan suku bunga acuan sebesar 0,25% atau 25 basis poin (bps) menjadi 5%-5,25% per Mei 2023. Angka ini menjadi yang tertinggi sejak Agustus 2007.
Reuters melaporkan bahwa Gubernur The Fed Jerome Powell menyebut kenaikan suku bunga The Fed kemungkinan telah mencapai puncaknya di 5%-5,25%.
Kenaikan suku bunga The Fed 25 bps ini juga sudah sesuai dengan ekspektasi pasar dan lebih rendah dibanding dengan kenaikan sebelumnya, misalnya per Januari yang kenaikannya mencapai 50 basis poin. Sehingga hal ini membuat pasar menebak-nebak, apakah kenaikan suku bunga ini menjadi yang terakhir. Apalagi hal ini didasarkan pada pertumbuhan ekonomi dan krisis perbankan yang turut mengguncang Wall Street.
Berkaca dari hasil rapat FOMC tersebut, memungkinkan Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan suku bunga acuan 7 Days Repo Rate. Bahkan, beberapa pihak telah melihat adanya kemungkinan BI untuk mulai memangkas suku bunga acuan di tahun ini. Apalagi jika melihat data inflasi di Indonesia yang terus melandai.
Sedangkan dari segi inflasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi April 2023 sebesar 0,33%. Sementara, inflasi tahunan pada April mencapai 4,33% year on year (yoy) atau lebih rendah dibanding inflasi Maret yoy yang mencapai 4,97%. Inflasi tahun kalender pada April tercatat 1,01% year to date (ytd). Inflasi yang bertepatan dengan Lebaran 2023 terbilang rendah jika dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Dari kondisi yang dijelaskan di atas, baik di luar negeri maupun dalam negeri, aset yang terlihat menarik dan bisa dipertimbangkan adalah instrumen investasi di Reksa Dana Obligasi. Reksa Dana Obligasi adalah jenis reksa dana yang sebagian besar alokasi investasinya ditempatkan pada surat utang (obligasi).
Ketika kamu membeli Reksa Dana Obligasi, sebagian besar dana masyarakat yang terkumpul akan dibelikan surat utang jangka panjang (Obligasi) oleh Manajer Investasi (MI) reksa dana. Sehingga, kamu sebagai investor tidak perlu repot lagi karena sudah ada MI yang mengatur komposisinya.
Alasan kenapa saat ini adalah waktu yang tepat investasi di instrumen investasi seperti surat utang atau obligasi dan khususnya Reksa Dana Obligasi adalah karena tingkat suku bunga yang diperkirakan sudah mencapai puncaknya. Ekspektasi perubahan suku bunga berpengaruh pada instrumen investasi obligasi. Hal ini bisa dilihat dari segi yield. Sederhananya, yield merupakan tingkat imbal hasil (return) obligasi rata-rata per tahun.
Pergerakan yield obligasi dipengaruhi oleh ekspektasi investor, terutama terhadap suku bunga acuan seperti BI 7 Days Repo Rate. Pergerakan harga obligasi memiliki hubungan berlawanan terhadap ekspektasi suku bunga dan yield obligasi. Ketika BI menaikkan suku bunga, hal tersebut dapat memicu peningkatan ekspektasi yield, karena investor berekspektasi untuk meminta imbal hasil lebih tinggi. Sehingga harga obligasi akan turun.
Bicara soal investasi di Reksa Dana Obligasi ini, Indonesia tidak kalah menarik. Hal ini tercermin dari grafik berikut!
Berdasarkan gambar di atas, tercatat aliran dana masuk investor asing di pasar obligasi pada April 2023 mencapai Rp2,95 triliun. Aliran dana masuk pada obligasi tersebut melanjutkan aliran dana masuk dari bulan Maret sebesar Rp13,4 triliun.
Memilih Reksa Dana Obligasi
Berdasarkan dari banyaknya produk Reksa Dana Obligasi yang ada, sebagai investor harus cermat dalam memilih portofolio investasi. Salah satu indikator yang kerap digunakan saat memilih produk Reksa Dana Obligasi adalah return atau imbal hasil.
Tak hanya return, indikator lain yang bisa kamu pertimbangkan saat memilih reksa dana adalah maximal drawdown, total Asset Under Management (AUM), dan expense ratio. Biar makin yakin, kamu bisa cek Fund Fact Sheet dan komposisi Top Holdings ya!
Baca Juga: Cara Pilih Reksa Dana Obligasi, Analisis dengan Indikator Ini
Jangan lupa juga Reksa Dana Obligasi lebih ideal untuk jadi investasi jangka menengah-panjang. Misalnya untuk mewujudkan mimpi, seperti mengumpulkan dana pendidikan anak, dana umroh, DP rumah, dan lainnya.
Writer: Tim Edukasi
Disclaimer: Kinerja reksa dana berdasarkan data masa lalu, tidak mencerminkan performa di masa depan. Bukan rekomendasi jual/beli aset investasi tertentu. Hanya untuk tujuan edukasi.