SBN 101: Apa itu SBN?

Surat Berharga Negara (SBN) menjadi instrumen yang meningkat signifikan dalam tiga tahun terakhir. Terbukti, jumlah investor SBN melonjak 87% dari 460.372 pada 2020 menjadi 864.236 per Februari 2023. 

SBN menjadi kian menarik karena memiliki risiko rendah dan 100% aman dijamin negara. Jadi, kamu nggak perlu khawatir dengan pembayaran kupon dan pengembalian pokok saat jatuh tempo nanti.

Yuk, kenalan dengan SBN lebih dekat!

SBN adalah surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah untuk membiayai belanja negara. Jika kita investasi di SBN, artinya kita meminjamkan uang kepada pemerintah dan sebagai gantinya kita akan mendapatkan imbal hasil berupa kupon. 

Kenapa Pemerintah Menerbitkan SBN?

Pemerintah mempunyai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Biasanya, kebutuhan belanja negara lebih besar dibandingkan pendapatan. Oleh karena itu, terdapat selisih (defisit) yang harus dipenuhi dengan cara berutang, salah satunya dengan menerbitkan SBN.

Selain itu, SBN diterbitkan juga untuk menyediakan opsi investasi kepada masyarakat. Dengan demikian, jumlah investor dari dalam negeri berpotensi terus bertambah. 

Apa Keuntungan Investasi di SBN?

  1. Pembayaran pokok dan kuponnya dijamin oleh undang-undang atau negara

  2. Imbal hasilnya yang berupa kupon secara umum lebih tinggi daripada rata-rata bunga deposito bank BUMN

  3. Investasi di SBN dikenakan pajak lebih rendah daripada deposito. Kalau di Deposito dikenakan pajak bunga sebesar 20%, sedangkan SBN saat ini hanya 10%

  4.  Kupon dari SBN dapat menjadi sumber passive income karena dibayarkan secara berkala

  5. SBN juga berpotensi untuk memberikan keuntungan saat diperjualbelikan di pasar sekunder.

Apa Saja Risiko Investasi di SBN?

  1. Risiko gagal bayar (default risk): Hal ini terjadi apabila penerbit surat utang tidak mampu lagi membayar kupon atau pokok utang saat jatuh tempo

  2. Risiko likuiditas (liquidity risk): Risiko di mana investor tidak dapat menjual atau mencairkan dananya dalam waktu yang cepat sebelum jatuh tempo

  3. Risiko pasar: Risiko di mana harga SBN sebelum jatuh tempo meningkat atau menurun, sehingga dapat mengakibatkan potensi kerugian. 

Bagaimana Menghitung Keuntungan dari SBN?

Kupon SBN adalah imbal hasil yang dibayarkan oleh pemerintah, sebagai penerbit SBN, kepada pemilik SBN atau investor. Tingkat kupon diberikan dalam bentuk persentase per tahun. Namun, untuk pembayarannya dilakukan secara berkala. 

Di dalam SBN Ritel, ada dua jenis kupon, yaitu kupon tetap (fixed) dan kupon mengambang dengan batas minimal (floating with floor). 

Berikut cara menghitung keuntungan dari SBN:

1. Kupon Tetap (Fixed Coupon)

Andi investasi ORI021 sebesar Rp10 juta. Berikut cara menghitungnya:

2. Floating with Floor (Mengambang dengan Batas Minimal)

Budi investasi di SBR011 sebesar Rp50 juta. Kupon SBR011 yang ditetapkan di awal adalah 5,5% per tahun yang dihasilkan dari tingkat suku bunga BI 3,5% ditambah spread 2%. Maka untuk perhitungan kuponnya sebagai berikut:

SBR011 memiliki jenis kupon floating with floor, maka Budi berpotensi untuk mendapatkan keuntungan lebih tinggi jika BI menaikkan suku bunga. Jadi, kalau setelah 3 bulan, suku bunga BI ternyata meningkat dari 3,5% menjadi 4%, maka dengan spread yang telah ditentukan sejak awal yaitu 2%, tingkat kupon SBR akan menjadi 6%. Berikut perhitungan kuponnya:

Namun, kalau suku bunga BI tidak berubah, maka kupon SBR akan tetap di 5,5%. Nah, jika suku bunga BI ternyata turun menjadi 3%, Budi tidak perlu khawatir karena tingkat kupon SBR akan tetap berada di batas minimalnya yaitu 5,5%. 

Sementara, jika investasi di ORI dan SR, maka investor juga akan mendapatkan keuntungan dari capital gain karena bisa diperjualbelikan di pasar sekunder. 

Capital gain adalah keuntungan yang didapat dari penjualan SBN di pasar sekunder. Investor akan dapat capital gain jika menjual lebih tinggi dari harga beli. 

Untuk lebih memahami mengenai capital gain, kita perlu mengenal harga-harga pada SBN: 

  • Pertama, harga par yaitu harga dasar SBN pada saat dijual di pasar perdana atau penawaran pertama dan pada saat jatuh tempo. Pada harga par, SBN dijual di harga 100%. Jadi ketika kita ingin membeli SBN sebesar Rp 10 juta, kita akan membayar nilai yang sama yaitu sebesar Rp 10 juta.

  • Kedua, harga premium, yang berarti harga SBN di pasar sekunder lebih tinggi daripada harga par. Pada harga premium, SBN berada di harga lebih dari 100%. Maka, ketika ingin membeli SBN sebesar 10 juta, kita harus membayar lebih dari Rp 10 juta. Dan jika kita ingin menjual SBN sebesar Rp 10 juta, kita akan mendapatkan lebih dari Rp 10 juta.

  • Terakhir adalah harga diskon, yang artinya harga di pasar sekunder lebih rendah daripada harga par. Pada harga diskon, SBN berada di harga kurang dari 100%. Maka, ketika kita ingin membeli SBN sebesar Rp 10 juta, kita hanya perlu membayar kurang dari Rp 10 juta. Sedangkan, jika kita ingin menjual SBN sebesar Rp 10 juta maka kita akan mendapatkan kurang dari Rp 10 juta.

Meskipun harga di pasar sekunder bisa berada pada harga premium atau diskon, pada saat jatuh tempo SBN akan kembali ke harga par atau 100%. Jadi, kamu tidak perlu khawatir akan kenaikan atau penurunan harga selama kamu berinvestasi SBN sampai jatuh tempo.