Reksa dana merupakan instrumen yang mudah untuk dibeli dan dijual. Dari sifatnya yang likuid atau mudah dicairkan inilah membuat beberapa investor menjadikan reksa dana untuk kegiatan trading dengan tujuan mendapat keuntungan. Trading sendiri adalah aktivitas jual-beli yang dilakukan di pasar finansial untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dalam waktu yang singkat. Dalam konsep finansial, trading lebih merujuk pada proses jual beli sekuritas, contohnya saham.
Reksa dana memang sah-sah saja dijalankan untuk trading. Tapi secara keseluruhan, reksadana adalah instrumen investasi yang tidak cocok untuk trading karena adanya proses transaksi tersendiri dalam investasi ini.
Cut-off time Transaksi Reksadana
Perlu kamu ketahui bahwa dalam transaksi pembelian dan penjualan reksadana ada istilah bernama cut-off time. Cut-off time transaksi reksadana sendiri yaitu batas waktu penerimaan transaksi reksadana baik itu pembelian (subscription), penjualan kembali (redemption) atau pengalihan (switching). Penutupan transaksi reksadana (cut-off time) ini biasanya di pukul 13.00 WIB setiap hari bursa (Senin – Jumat) sesuai dengan ketentuan Bank Kustodian.
Perlu juga dipahami bahwa dalam transaksi reksadana (cut-off time), di dalamnya memuat harga NAB/UP (nilai aktiva bersih per unit penyertaan) pada hari tersebut. Harga NAB sendiri biasanya baru akan diinformasikan pada malam dan kemungkinan berubah setelah cut-off time terjadi selepas pukul 13.00 WIB.
Jadi ketika kamu menjual reksadana, ada dua kemungkinan harga NAB/UP yang bisa muncul. Pertama, kamu akan mendapatkan harga NAB/UP sebelum cut-off time jika kamu melakukan penjualan sebelum pukul 13.00 WIB. Kemungkinan kedua, kamu akan mendapatkan harga NAB/UP setelah cut-off time apabila kamu menjual reksadana setelah pukul 13.00 WIB.
Sementara itu, dalam trading saham, kita akan langsung bisa melihat harga penawaran (bid) dan pembelian (offer) secara langsung (real-time). Jadi tidak terdapat waktu cut off layaknya Reksadana. Hal inilah yang membuat trader bisa langsung mengetahui berapa harga perolehan atas saham yang dibeli ataupun harga jual atas saham yang dilepas.
Non-live Price
Harga saham yang bisa berubah sewaktu-waktu, bahkan dalam hitungan detik. Maka tidak mengherankan jika dalam investasi ini membuat kamu harus selalu memantau live price atau pergerakan harga saham setiap waktunya. Tapi jika kamu berinvestasi pada reksadana yang harga NAB/UP nya tidak bersifat real time (non-live price), tentu membuatmu tak perlu selalu memantau pergerakan atau dinamika NAB-nya. Karena seperti yang dijelaskan sebelumnya, harga NAB reksa dana baru akan diinfokan pada malam hari setelah Manajer Investasi menyelesaikan proses transaksi pada hari tersebut.
Dari sini terlihat jelas bahwa reksadana memang tidak cocok untuk trading. Kedua alasan tersebut menunjukkan bahwa reksadana memang tidak cocok untuk trading. Kita tidak bisa mengharapkan untuk mendapatkan keuntungan cepat dari selisih harga. Pasalnya, ada waktu tunggu yang cukup lama sampai kita tahu berapa harga NAB saat transaksi pembelian dan penjualan terjadi (khususnya yang berlangsung di atas 13.00 WIB). Alih-alih bisa menjual cepat dengan keuntungan dari selisih harga, investasi reksadana membuatmu harus menunggu lama yakni pada malam hari ketika harga NAB di-update.
Ada Biaya Tambahan
Hal lain yang juga membuat investasi reksadana sulit untuk dijalankan secara trading adalah adanya biaya tambahan yang menyertai transaksi yang dilakukan. Walaupun kini telah banyak produk reksadana yang masih membebaskan fee pembelian dan fee penjualan, tapi bukan berarti tidak terdapat fee lainnya yang telah di-net kan pada perhitungan NAB.
Perlu diketahui bahwa pada perhitungan NAB yang diperbaharui setiap malam, Manajer Investasi (MI) juga telah memperhitungkan management fee atau biaya pengelolaan dana. Dari sini jelas menandakan ada biaya yang dibebankan pada produk reksadana. Beban biaya ini sendiri merupakan fee dari tugas yang dilakukan manajer investasi dalam mengelola dana.
Sementara itu pada investasi saham, biaya transaksi pada pembelian dan penjualan saham berkisar kurang dari 0.5% dan tidak terdapat biaya lainnya seperti management fee pada reksadana. Dari adanya biaya tambahan untuk fee Manajer Investasi (MI) pada investasi reksadana inilah tentu akan sangat memberatkan jika kamu sering melakukan transaksi penjualan untuk trading. Tapi perlu kamu tahu bahwa di Bibit, investor tidak akan dikenai management fee. Dari sini investasi reksadana di Bibit akan lebih menguntungkan.
Baca juga: Lebih Baik Lagi Tahun Depan, Nih Cara Hadapi Naik Turun Investasi
Investasi Reksadana Tidak Cocok untuk Trading
Dari ketiga alasan tidak di atas jelas terlihat bahwa instrumen reksadana tidak cocok untuk kegiatan trading. Pasalnya ada banyak hal merugikan atau tidak menguntungkan jika kamu melakukan trading pada reksadana. Alih-alih dijual dengan cepat untuk trading, instrumen reksadana akan lebih tepat dan cocok kamu jadikan sebagai investasi jangka panjang.
Nah untuk kamu yang ingin berinvestasi reksadana, pastikan untuk memilih platform yang tepat. Salah satu platform investasi reksadana terbaik yang bisa kamu pilih yakni Bibit. Sebagai APERD (Agen Penjual Reksa Dana), Aplikasi Bibit (PT Bibit Tumbuh Bersama) telah berizin dan diawasi oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan), sehingga akan menjamin keamanan dalam berinvestasi.