Di Bibit Weekly minggu lalu, kita membahas tentang faktor yang mempengaruhi pasar modal, antara lain kondisi perekonomian, pemberitaan ekonomi makro dan mikro, serta situasi keamanan negara. Nah, bagaimana faktor-faktor tersebut turut mempengaruhi reksa dana? Yuk kita bahas ke dalam masing-masing jenis reksa dana! Letβs go! π‘
Reksa Dana Pasar Uang (RDPU) π³
RDPU berisikan produk instrumen pasar uang seperti deposito dan obligasi yang jatuh tempo kurang dari 1 tahun, sehingga pergerakannya cenderung stabil meningkat. Nah, instrumen yang ada dalam RDPU seperti deposito memiliki bunga yang sudah ditetapkan di awal dan tidak akan berubah hingga masa jatuh tempo. Inilah sebabnya, RDPU tidak terlalu terpengaruh oleh naik-turunnya pergerakan market.
Reksa Dana Pendapatan Tetap/Obligasi (RDO) π
Karena RDO berisikan minimal 80% instrumen obligasi, maka pergerakan reksa dananya juga tercermin dari grafik pergerakan harga obligasi. Dilihat dari grafik Indonesian Composite Bond Index (ICBI) alias indeks Obligasi Indonesia, sempat ada penurunan di Mei 2022. Hal ini tidak lepas dari faktor perekonomian dan pemberitaan tentang kenaikan suku bunga oleh The Fed dan pengaruh inflasi. Perlu diketahui jika dalam obligasi ada risiko pasar dan risiko suku bunga, di mana ketika suku bunga dan inflasi naik, maka harga obligasi akan turun.
Namun, kamu juga perlu memperhatikan dalam jangka waktu panjang nih! Berdasarkan grafik ICBI di atas bagian kanan, kita dapat melihat bahwa indeks tetap bergerak naik dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. π
Pergerakan RDS sangat terpengaruh dari naik-turunnya pasar saham. Sebab RDS mengalokasikan minimal 80% di saham, di mana pergerakan harganya sangat fluktuatif. Dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di atas, dapat dilihat bahwa pada Mei 2022, sempat ada penurunan yang signifikan. Ini karena adanya kenaikan suku bunga acuan oleh The Fed dan tingginya inflasi. Perlu diketahui juga, inflasi yang tinggi merupakan dampak dari kenaikan harga komoditas akibat perang antara Rusia dan Ukraina.
Meskipun pergerakannya fluktuatif, tapi jika kamu melihat secara jangka panjang dalam kurun waktu 5 tahun, ternyata IHSG juga terus mengalami pertumbuhan! πͺ
β¨Kesimpulanβ¨
Reksa dana yang paling terpengaruh dengan fluktuasi market adalah reksa dana obligasi dan reksa dana saham. Namun, perlu kamu ingat bahwa koreksi harga dalam market adalah hal yang wajar.
Market memang sempat mengalami koreksi yang cukup signifikan pada Mei 2022. Namun jika melihat grafik pergerakan IHSG maupun Indeks Obligasi dalam periode waktu yang lebih lama, maka kita dapat menyadari bahwa pergerakan pasar menunjukkan kenaikan dalam jangka waktu panjang. Jadi perlu dipahami bahwa RDO dan RDS merupakan investasi yang cocok untuk tujuan keuangan dalam jangka waktu menengah hingga panjang (sekitar 3-5 tahun ke atas).
Tapi nih, kalau kamu menginginkan alternatif investasi lain yang rendah risiko, Savings Bond Ritel seri SBR011 bisa menjadi pilihan. Karena SBR011 ditetapkan pemerintah dengan kupon floating with floor 5,5% per tahun dan 100% dijamin negara. Menarik, kan? Baca detail SBR011 dengan klik di sini ya!
Jangan sampai ketinggalan, karena masa penawaran SBR011 hanya sampai 16 Juni 2022! π
*Disclaimer on:
Kinerja yang ditampilkan berdasarkan data masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa depan.
Kabar Indonesia
Bank Dunia memaparkan resesi ekonomi global sudah di depan mata. Presiden Bank Dunia David Malpass mengatakan resesi ekonomi kali ini disebabkan oleh stagflasi (inflasi yang melonjak tajam di berbagai negara) yang tak sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Namun, Malpass mengungkap Indonesia terbilang cukup aman dari ancaman resesi karena proyeksi pertumbuhan ekonominya tidak diubah oleh Bank Dunia yaitu tetap di 5,1%.
Keputusan pemerintah Arab Saudi mencabut larangan perjalanan warganya ke Indonesia menjadi sinyal positif terhadap dunia pariwisata untuk semakin tumbuh. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengungkap keputusan pemerintah Arab Saudi tersebut akan berdampak terhadap kebangkitan sektor parekraf untuk meningkatkan performa ekonomi dan pembuka lapangan kerja di Indonesia.
Pemesanan SBR011 mencapai Rp9,2 triliun per Jumat (10/6). Pemerintah telah 4 kali menambah kuota nasional SBR011 dari Rp5 triliun hingga saat ini sebesar Rp10 triliun. Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Deni Ridwan mengatakan bahwa penerbitan SBR ritel telah memecahkan rekor dari rekor sebelumnya senilai Rp7,5 triliun.
Poin Penting
Proyeksi Bank Dunia tentang pertumbuhan ekonomi RI sebesar 5,1% menunjukkan optimistis Bank Dunia terkait pemulihan ekonomi Indonesia. Walaupun, kondisi global berada dalam ancaman resesi.
Di sisi lain, pemulihan ekonomi dari sektor pariwisata semakin terasa dengan pencabutan larangan wisatawan dari berbagai negara ke Indonesia. Optimistis pemulihan ekonomi ini pun terlihat dari penjualan SBR011 yang mencapai Rp9,2 triliun. Bagi kamu yang belum membeli SBR011, tidak perlu khawatir. Masih ada 5 hari lagi untuk membeli SBR011 di Bibit! Simak penjelasan dan keuntungan SBR011 di sini!