Market Summary
Trade War Eases – Kesepakatan dagang AS-Inggris dan AS-China menurunkan tarif, berpotensi meningkatkan pasar Indonesia dalam jangka pendek.
US Economy Strengthens – Inflasi AS turun dan risiko resesi berkurang, tetapi pemangkasan suku bunga AS mungkin melambat, memengaruhi pasar global.
Uncertainty is a Constant - Perkembangan narasi trade war dan makroekonomi yang terus berganti menunjukkan potensi cepatnya perubahan dalam sentimen pasar. Ini kembali menekankan pentingnya untuk menghindari keputusan impulsif dan fokus untuk menyesuaikan portofolio dengan tujuan keuangan dan toleransi risiko masing-masing.
Trade War Update: Kesepakatan AS-Inggris dan AS-China
AS dan Inggris pada Kamis (8/5) menyepakati perjanjian perdagangan di mana Inggris akan mempercepat proses bea cukai impor AS serta mengurangi hambatan pada ekspor pertanian, kimia, energi, dan industri. Sementara itu, AS akan mengurangi tarif impor otomotif menjadi 10% dan tarif impor logam menjadi 0.
AS dan China pada Senin (12/5) sepakat untuk saling menurunkan tarif impor selama setidaknya 90 hari. China akan memangkas tarif impor produk AS dari 125% menjadi 10%, sementara AS menurunkan tarif produk China dari 145% menjadi 30%.
Selain itu, China juga akan mencabut pembatasan ekspor rare earth dan magnet yang digunakan dalam industri teknologi tinggi.
Menyusul kesepakatan AS-China, indeks dolar AS (DXY) ditutup menguat +1,09% ke level 101,79. Sementara itu, berbagai bursa saham ditutup positif pada Senin (12/5):
Bursa AS: Nasdaq (+4,35%), S&P 500 (+3,26%), DJIA (+2,81%)
Bursa Asia: Nikkei (+2,24%), Hang Seng (+1,57%)
Update AS: Outlook Perekonomian Membaik
Dengan meredanya sentimen trade war, Goldman Sachs memangkas proyeksi resesi AS dari 45% menjadi 35%.
Goldman Sachs juga merevisi naik proyeksi pertumbuhan ekonomi 2025 AS dari 0,5% menjadi 1% per Senin (12/5).
Biro Statistik Tenaga Kerja AS mencatat bahwa inflasi indeks harga konsumen (IHK) AS melandai ke level 2,3% YoY pada April 2025 (vs. Maret 2025: inflasi 2,4% YoY), lebih rendah dari ekspektasi konsensus di level 2,4% YoY sekaligus menandai inflasi terendah sejak September 2024.
Di tengah inflasi yang melandai dan membaiknya prospek ekonomi AS, konsensus memperkirakan bahwa laju pemangkasan suku bunga AS akan melambat. Berdasarkan CME Fedwatch Tool, probabilitas pemangkasan suku bunga >50 bps hingga akhir 2025 tercatat 38,4% per Selasa (13/5) turun tajam dari 77,9% pada minggu sebelumnya (6/5).
Update Indonesia: Aturan Baru BEI
Direktur BEI, Irvan Susandy, mengatakan pada Senin (5/5) bahwa pihaknya akan segera mengimplementasikan pembukaan kode broker dan domisili secara tidak real–time. Data tersebut akan dikirimkan saat sesi istirahat pasca–perdagangan sesi pertama.
Secara terpisah, BEI pada Kamis (8/5) merilis 2 regulasi baru yang menjadi dasar hukum pelaksanaan kegiatan penyedia likuiditas (liquidity provider) untuk meningkatkan pendalaman dan kualitas pasar saham. BEI akan menerbitkan daftar saham yang dapat dipilih oleh liquidity provider setiap 6 bulan sekali.
Key Takeaways
Ketegangan seputar trade war terus mereda seiring tercapainya kesepakatan antara AS–Inggris dan AS–China. Meskipun AS dan Indonesia belum mencapai kesepakatan serupa, meredanya volatilitas global ini berpotensi memberikan sentimen positif jangka pendek bagi pasar modal Indonesia.
Ke depannya, investor tetap perlu fokus pada fundamental dan prospek ekonomi Indonesia. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah probabilitas pemangkasan suku bunga BI Rate, mengingat pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif lebih lambat dibandingkan tahun sebelumnya (1Q25: +4,78% YoY, 1Q24: +5,11% YoY). Pemangkasan suku bunga dapat menjadi stimulus, namun probabilitasnya bergantung pada dua hal 1) stabilitas nilai tukar rupiah dan 2) pemangkasan suku bunga AS yang berpotensi melambat.
Volatilitas pasar akibat perkembangan trade war menunjukkan betapa cepatnya narasi pasar bisa berubah. Karena itu, penting bagi investor untuk tidak mengambil keputusan impulsif, seperti panic selling di tengah koreksi pasar maupun panic buying di tengah rebound pasar. Investor perlu mengingat tujuan dan jangka waktu investasi dan memastikan alokasi portofolio sesuai dengan profil risiko kamu. Selain itu, investor perlu disiplin berinvestasi rutin untuk mencapai tujuan investasi dan menghindari keputusan impulsif.
Investasi Reksa Dana, Obligasi FR, & Saham di Bibit
Data Obligasi FR per 14 Mei 2025, jam market 10.30 - 14.00 WIB.
Data Reksa Dana dan Saham per 09 Mei 2025. Berdasarkan data historis, tidak menjamin kinerja masa depan
Total Returns mencakup price returns dan dividen yang tidak direinvestasikan.
1. Jangka Pendek (~1 Tahun)
Reksa Dana BRI Seruni Pasar Uang III: Return +5,63% setahun terakhir
Reksa Dana TRIM Kas 2 Kelas A: Return +5,50% setahun terakhir
Obligasi PBS032: Yield 6,05% p.a.
2. Jangka Menengah (1-5 Tahun)
Reksa Dana ABF Indonesia Bond Index: Return 43,6% dalam 5 tahun terakhir
Reksa Dana Eastspring IDR Fixed Income Fund Kelas A: Return 34,20% dalam 5 tahun terakhir
Obligasi PBS003: Yield 6,19% p.a.
3. Jangka Panjang (> 5 Tahun)
Saham BMRI: Total returns 193% dalam 5 tahun terakhir
Saham BBCA: Total returns 91,2% dalam 5 tahun terakhir.
Market Update 9 Mei 2025
IHSG: Outflow Tertinggi dalam 3 Minggu di Tengah Rebound
Berikut market update untuk IHSG, IDR 10Y Govt Bond Yield, rata-rata deposito 12 bulan, serta foreign flow obligasi dan saham Indonesia per 9 Mei 2025.
Sumber: Bloomberg per 9 Mei 2025, kecuali Foreign Flow Obligasi per 8 Mei 2025
In Case You Missed It
Think Like Warren Buffett
Berani beda, pahami aset yang dimiliki, dan tetap disiplin investasi. Fokus pada aset berfundamental kuat dan jaga likuiditas dengan Reksa Dana Pasar Uang atau Obligasi Negara jangka pendek.
Stress or Steady: Bagaimana Reaksimu Terhadap Volatilitas?
Respons terhadap volatilitas mencerminkan kesesuaian portofolio dengan risk profile. Jika tidak nyaman dengan volatilitas, pertimbangkan alokasi ke aset stabil. Tapi jika kamu merasa percaya diri, koreksi ini bisa jadi peluang untuk berinvestasi.
More Articles
Ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,87% YoY di 1Q25—terlemah sejak 3Q21 — Apa penyebab perlambatannya dan apa yang perlu dicermati investor?
The Fed kembali menahan suku bunga sambil menunggu kepastian soal tarif — Sebelumnya The Fed bersikap wait-and-see, namun kini trade war mulai menunjukkan kepastian.
Writer: Bibit Investment Research Team
Disclaimer: Konten ini hanya dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan rekomendasi untuk beli/jual produk investasi tertentu.