BI Rate Turun -25 Bps, Dahului Ekspektasi Penurunan Fed Rate
Bank Indonesia pada Rabu (18/9) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan BI Rate sebesar -25 bps menjadi 6%, dengan deposit facility dan lending facility juga turun 25 bps menjadi 5,25% dan 6,75%. Keputusan ini di luar ekspektasi konsensus yang memperkirakan BI Rate tidak berubah.
Pada Agustus 2024, AS mencatatkan inflasi indeks harga konsumen melambat 5 bulan berturut–turut ke level 2,5% YoY (vs. Juli 2024: 2,9% YoY), level terendah sejak Februari 2021. Pada pekan yang berakhir per 7 September 2024, klaim awal untuk tunjangan pengangguran di AS meningkat 2.000 menjadi 230.000 klaim.
Merespons data–data tersebut, ekspektasi market terhadap pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 50 bps pada pertemuan September 2024 (19/9 waktu Indonesia) meningkat dari level 40% pada 1 pekan lalu menjadi 45% per Jumat (13/9).
Mendahului AS dan Indonesia, Bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) sudah memangkas suku bunga sebesar 25 bps ke level 3,5% pada Kamis (12/9).
Key Takeaways
BI Rate yang turun membuat harga obligasi naik, sehingga menguntungkan Reksa Dana Obligasi dan Obligasi FR:
Short-term Obligasi FR [Top pick: PBS032 tenor 2 tahun]. Walaupun harga Obligasi FR jangka panjang akan lebih sensitif dengan perubahan suku bunga, short-term FR dapat menjadi instrumen yang menarik.
Ini karena Obligasi FR short term akan mendapatkan keuntungan dari penurunan suku bunga dan masih menawarkan imbal hasil yang cukup tinggi (6,26% p.a). Risiko volatilitas juga relatif lebih rendah dibanding Obligasi FR jangka panjang.
Untuk mengurangi risiko market timing dan volatilitas, investasi rutin (DCA) bisa menjadi alternatif strategi terbaik di Reksa Dana Obligasi.
Pemangkasan suku bunga juga berpotensi menjadi katalis positif bagi saham, khususnya beberapa sektor:
Market Updates
Writer: Investment Research Team
Disclaimer: Konten ini hanya dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan rekomendasi untuk beli/jual produk investasi tertentu. Do your own research.